Rabu, 30 Maret 2011

Fukushima Fifty (KAMIKAZE/HARAKIRI abad 21)


Lagi-lagi kisah heroik dari Jepang, kali ini berkaitan dengan bocornya PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) di Fukushima, Jepang. Kisah heroik ini mengingatkan saya akan kisah Kamikaze yang dilakukan para tentara Jepang pada PD II dan (di era yang lebih kuno lagi) Harakiri pada zaman Samurai. Yang membuat saya salut adalah, betapa rasa kesetiaan & cinta tanah air sangat melekat kuat pada diri warga Jepang, padahal jika kita runut lebih dalam apa sih yang bisa dibanggakan dari Jepang? -dilihat dari segi SDA- Jepang termasuk salah satu negara yang minim SDA, saya pernah membaca sebuah buku yang bercerita mengenai sejarah Jepang. Di buku itu diceritakan bagaimana kondisi geografis wilayah Jepang serta dampak yang ditimbulkan pada SDA yang dihasilkan, dan hasilnya adalah tidak ada tumbuhan yg dapat bertahan hidup selain Sakura yang dijadikan lambang negara Jepang & pada saat itu Jepang diprediksi tidak akan bertahan lama bercokol di peta dunia. Tapi hebatnya sampai saat ini Jepang masih menunjukkan eksistensinya di peta dunia bahkan Jepang yang miskin SDA bisa menjajah beberapa negara (termasuk Indonesia) & berani melawan Amerika Serikat pada PD II!!! ckckck....

Banyak faktor yang membuat menjadi unggul (utamanya di wilayah Asia) salah satunya adalah karena sumber daya manusia alias masyarakat Jepang yang diberdayakan sedemikian rupa sehingga bisa menjadi "mesin pembunuh" bagi pihak2 yang berniat menghancurkan negaranya. berikut adalah cerita mengenai Fukushima Fifty yang menceritakan tentang pahlawan-pahlawan Jepang yang rela bertaruh nyawa demi mengatasi radiasi nuklir di Fukushima..

Mereka adalah sekelompok pekerja reaktor nuklir yang siap berjibaku menjinakkan reaktor nuklir di Fukushima Daiichi yang terus tertimpa masalah sejak gempa melanda Jepang, 11 Maret silam. Dunia mulai mengenal Fukushima Fifty dari blog Michiko Otsuki, seorang pekerja wanita di reaktor Fukushima. Beberapa hari lalu Michiko menulis kisah heroik mereka. Menurut Michiko, saat diungsikan bersama sekitar 800 orang pekerja lain, ia menyaksikan sejumlah rekannya yang tidak lari dari reaktor. Mereka justru terjun untuk langsung berupaya mengatasi keadaan. Terlepas dari kemungkinan mereka menjadi mangsa radiasi berbahaya. Meski jumlahnya diduga lebih dari 50 orang, masyarakat Jepang dan dunia telanjur mengenal mereka dengan sebutan Fukushima Fifty. Bagi warga mereka adalah pahlawan yang siap mengorbankan nyawa demi keselamatan orang lain. Sikap seperti ini mendapat penghargaan tinggi dalam masyarakat yang terkenal dengan budaya bushido tersebut. Perdana Menteri Jepang Naoto Kan bahkan sempat menyatakan dukungan moralnya bagi Fukushima Fifty. Bagi Kan, kelompok ini telah melakukan upaya terbaik tanpa mementingkan diri sendiri. Keberanian Fukushima Fifty telah menginspirasi puluhan pekerja reaktor-reaktor nuklir lainnya di seantero Jepang. Mereka kini telah menawarkan diri untuk berjibaku bersama Fukushima Fifty menjinakkan reaktor nuklir Fukushima.

Sudah dua minggu mereka berjuang mengembalikan kendali reaktor tapi loronhg gelap masih panjang. Indikasi-indikasi kebocoran radiasi malah makin meluas dan telah berdampak langsung ke air minum ledeng di Tokyo. Paparan radiasi sudah lebih dari dua kali lipat dari ambang batas normal untuk konsumsi bayi dan anak-anak. Batas normal adalah 100 beqcuerels per liter air. Jarak Fukushima ke Tokyo sekitar 270 km. Sayuran dan makanan di prefektur sekitar Fukushima sudah jelas terpapar radiasi dan pemerintah jepang telah melarang untuk dikonsumsi karena rentan mengakibatkan kelainan pertumbuhan jaringan tubuh (tumor/kanker) terutama thyroid. Dari kejadian yang telah terjadi di luar reaktor nuklir Fukushima bisa dibayangkan kondisi radiasi radioaktif di dalam bangunan reaktor sendiri.

Para pekerja yang memilih kembali bekerja, walaupun ada pilihan desersi, dalam situasi yang sangat sulit tentu memiliki jiwa ksatria khas militan Jepang. Resiko yang mereka hadapi besarnya pasti melebihi kompensasi yang bisa diberikan perusahaan ataupun bahkan negara. Tak heran mereka oleh media massa Jepang digelari The Fukushima Fifty, cuma 50 pekerja saja yang mau kembali bekerja menyelamatkan reaktor dibanding 700an pekerja pada kondisi normal. Meski beberapa sumber menyebutkan pekerja yang kembali berjumlah 200an pekerja. Mereka harus bekerja dengan berpacu waktu untuk memulihkan sistem pendingin reaktor yang rusak dihantam tsunami dan gempa besar berkekuatan 9 skala richter sebelum semua upaya menjadi sia-sia dengan melelehnya casing/selubung reaktor yang kini menjadi pelindung terakhir radiasi reaktor. Karena jika casing/selubung meleleh maka peristiwa Chernobyl 1986 akan berulang di Fukushima dan jutaan orang akan menerima dampak kebocoran besar partikel radioaktif. Pakaian kerja tahan radiasi tidak bisa mencegah sepenuhnya paparan radioaktif meski kedap air dan udara serta berlapis timbal. Terharu rasanya membaca kisah seorang pekerja yang setahun lagi akan pensiun ikut mendaftar menjadi sukarelawan pemulihan reaktor. Bahkan di beberapa tempat di dalam reaktor pasca ledakan gas hidrogen terdeteksi sampai 500 mili-Sievert. Jauh melampai batas aman paparan radioaktif sebanyak 100 mili-Sievert dalam setahun.

Pesan tajam dikirim pulang oleh pekerja mencoba untuk mencegah bencana nuklir skala penuh di pabrik dilanda nuklir Jepang mengungkapkan bahwa mereka tahu bahwa mereka berada pada misi bunuh diri. Salah satu anggota 'Fukushima Fifty' mengatakan bahwa mereka tenang menerima nasib mereka seperti hukuman mati '. pesan-pesan menyayat hati mereka kepada keluarganya dipublikasikan televisi nasional Jepang yang telah mewawancarai kerabat mereka. Seorang anggota keluarga mereka berkata, "Ayah saya masih bekerja di pembangkit itu. Dia mengatakan, dia menerima nasibnya, seperti sebuah hukuman mati." Seorang perempuan mengatakan, suaminya yang berada di pembangkit itu terus bekerja dan sepenuhnya menyadari ia sedang dibombardir radiasi.

Perempuan yang lain mengatakan, ayahnya yang berusia 59 tahun secara sukarela mengajukan diri untuk tugas di Fukushima. Ia menambahkan, sebagaimana dikutip Dailymail, "Saya mendengar bahwa ia secara sukarela meskipun ia akan pensiun dalam waktu setengah tahun dan mata saya jadi penuh dengan air mata. Di rumah, ia tidak tampak seperti seseorang yang bisa menangani pekerjaan besar. Tapi hari ini, saya benar-benar bangga padanya. Saya berdoa agar dia kembali dengan selamat."

Contoh pesan yang dikirim oleh salah seorang anggota Fukushima Fifty yang menyerap dosis radiasi cukup tinggi kepada istrinya:
"Tolong terus hidup dengan baik, saya tidak bisa pulang untuk sementara waktu." *mengharukan yaa T_T

Dari semua mereka yang bertahan di pembangkit itu, lima diantaranya diketahui meninggal dan dua hilang, sedikitnya 21 orang lainnya terluka.

Inilah gambaran hidup masyarakat Jepang yang memiliki sifat GAMBARU serta rasa CINTA TANAH AIR yang tidak tertandingi di dunia...saluuuuuuuuuuuutttt :D

0 komentar:

Posting Komentar