Sabtu, 24 September 2011

Kutipan Favorit Saya Dari Seorang Kartini


"...dan, bisikan-bisikan dari luar itu terdengar semakin keras, sebab benih keprihatinan akan penderitaan sesamaku itu sudah menancap di sini, di dalam hatiku, dan benih itu sedang tumbuh.." (Jepara, 25 Mei 1899)

"...maju terus! terjang tak gentar dan berani menghadapinya! tiga perempat dunia akan menjadi milik sang pemberani.." (Jepara, 6 November 1899)

"...bahwa perempuan yang beradab dan terpelajar menjadi penolong dan pembantu berharga bagi laki-laki" (Surat kepada Nyonya Cvink Soer -awal 1900-)

"Ingin hatiku hendak beranak, laki-laki dan perempuan, akan kudidik, kubentuk jadi manusia dengan kehendak hatiku. Pertama-tama akan kubuangkan adat kebiasaan yang buruk, yang melebih-lebihkan anak laki-laki daripada anak perempuan." (Surat kepada Stella Zeehandelaar -23 Agustus 1900-)

"...tidak usah kita herankan lagi apa sebabnya nafsu laki-laki memikirkan dirinya sendiri saja, bila kita ingat, bahwa laki-laki itu sejak semasa kecilnya, sudah diperlebih-lebihkan daripada anak perempuan. Dan semasa kanak-kanak laki-laki itu sudah diajar merendahkan derajat anak perempuan. Bukankah acap kali kudengar seorang ibu berkata kepada anaknya laki-laki bila ia jatuh, lalu menangis, "cis, anak laki-laki menangis tiada malu, seperti anak perempuan"." (Surat kepada Stella Zeehandelaar -23 Agustus 1900-)

"Alangkah berbahagianya laki-laki, bila perempuannya bukan saja menjadi pengurus rumah tangganya, ibu anak-anak saja, melainkan juga menjadi sahabatnya, yang menaruh minat pada pekerjaannya itu. Hal yang sedemikian itu tentulah berharga benar bagi kaum laki-laki, yaitu bila dia bukan orang yang picik pemandangannya dan angkuh" (Surat kepada Tuan Anton dan Nyonya -4 Oktober 1902-)

"...kami disini meminta, ya memohonkan, meminta dengan sangatnya supaya diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukanlah sekali-kali karena kami hendak menjadikan anak-anak perempuan itu saingan orang laki-laki dalam perjuangan hidup ini, melainkan karena kami oleh sebab sangat yakin akan besar pengaruh yang mungkin datang dari kaum perempuan hendak menjadikan perempuan itu lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan oleh Alam sendiri ke dalam tangannya; menjadi pendidik manusia yang pertama-tama". (Surat kepada Tuan Anton dan Nyonya -4 Oktober 1902-)

"Dari perempuanlah pertama-tama manusia itu menerima didikannya, di haribaannyalah anak itu belajar merasa, berpikir, dan berkata-kata" (Kartini)

Sumber:
  • Aku Mau...Feminisme dan Nasionalisme (surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903). Kompas. 2004
  • R.A Kartini: Biografi Singkat 1879-1904. Imron Rosyidi. Garasi. 2010

Kamis, 22 September 2011

Renungan Seorang Perempuan


Semua ini dimulai ketika pemberitaan mengenai kasus pemerkosaan di dalam angkutan umum mulai marak diperbincangkan, nurani saya seolah tergelitik untuk mulai merenungi permasalahan ini...

Saya terlahir sebagai salah satu spesies (agak frontal jika saya gunakan istilah ini tp entah knp istilah ini lah yg langsung terbersit di benak) dari makhluk yg dikonstruksikan sebagai makhluk yg paling lemah, lembut, sensitif, berpatokan pada perasaan, tidak rasional, dsb. Makhluk itu lazim disebut PEREMPUAN. Saya juga tidak mengerti & tidak pernah merasa memilih mengapa saya dilahirkan sebagai perempuan, walaupun begitu saya tidak pernah sekalipun menyesal terlahir dengan sosok seperti ini karena saya menyadari bahwa perempuan diciptakan dengan segala kelebihan dan keindahannya.

Sedari kecil saya sudah dididik dalam balutan tata krama Jawa yg cukup kental dimana kesopanan, kepatuhan, kemurnian menjadi hal utama yg harus saya jaga sampai saya menghadap Sang Pencipta nanti. Saya bukan kerurunan langsung 'darah biru', jikapun ada itu sangat sedikit namun peraturan yg diterapkan dalam keluarga terhadap kami (para anak, khususnya saya sebagai seorang perempuan) agak sedikit menyamai Keraton. Saya tidak diperbolehkan makan cepat, tidak boleh jalan cepat, tidak dibiasakan membangkang, tidak boleh bersuara keras bahkan sewaktu saya kecil saya tidak pernah dibelikkan celana (baik pendek maupun panjang) karena menurut adat keluarga saya pakaian perempuan adalah rok atau daster. Kalem, nrimo, lembut adalah sifat yg harus dimiliki oleh seorang perempuan (agak berbanding terbalik dgn saya hahaha)

Dalam pergaulan pun juga diatur. Filosofi yg dianut oleh eyang-ayah-ibu saya adalah laki-laki bergaul dengan laki-laki sedangkan perempuan bergaul dengan perempuan. Tidak ada sejarahnya laki-laki berteman dengan perempuan karena hal tersebut pastinya akan meninggalkan efek negatif. Saya mengerti bahwa dibalik semua peraturan adat yg diterapkan tsb adalah hal-hal baik yang memiliki tujuan baik bagi hidup saya nantinya, saya mengerti itu makanya saya tidak pernah dan tidak mau melanggar...

Beranjak dewasa, rupanya orang tua menyadari bahwa tidak akan mungkin jika saya tidak bergaul (baca: berteman) dengan laki-laki sehingga mereka memaklumi apabila saya membuat kelompok belajar (hanya sekedar kelompok belajar) dengan beranggotakan beberapa orang laki-laki. Namun tetap saja saya tidak diijinkan membawa teman lelaki saya (apalagi pacar) untuk bertandang ke rumah (dan saya pun kurang menyukai itu, saya tidak suka apabila waktu santai saya diganggu oleh kedatangan teman laki2 hahaha). Saya pun juga (dan masih sampai sekarang) diberlakukan jam malam dalam beraktivitas. Sedari kecil saya terbiasa diantar-jemput oleh ayah kalau sekolah (walaupun ayah hanya seorang pegawai negeri yg tidak memiliki posisi penting namun ayah akan melakukan apapun untuk mem-protect anak perempuannya dengan nyaman :D), sadar akan kesibukan ayah maka ketika kls 4 SD, ibu mulai menggunakan jasa jemputan sekolah untuk mengantar saya ke sekolah. Namun tetap harus ada pengawasan dari salah seorang anggota keluarga, maka dari itu saya diikutkan jemputan SMP agar dapat 'bareng' dengan abang saya yang saat itu duduk di bangku SMP di sekolah yang sama dengan saya. Supir jemputan pun terus dipantau oleh ibu dari rumah agar jangan terlambat memulangkan saya (ibu pernah histeris ketika mobil jemputan yg saya naiki tiba2 mogok sampai malam dan supir jemputan lupa memberitahu orang tua saya, ibu sampai mengancam akan melapor polisi jika abang jemputan tidak segera memulangkan saya hahahaha).

Pernah terbersit rasa iri ketika abang saya (yg notabene laki2) tidak diberlakukan jam malam dan dibebaskan utk main di luar rumah sedangkan saya tidak (dari kecil saya tidak pernah diperbolehkan main di luar rumah, hanya teman yg boleh main ke rumah saya..mungkin akibat ini saya sempat menjadi pribadi yg 'kuper' bahkan sampai sekarang hehehe). Sempat pula saya bertanya kepada Tuhan "mengapa saya terlahir sebagai perempuan bukan laki2?" tapi 'penyesalan' itu tidak lama karena seiring berjalannya waktu saya mulai terbiasa dgn ritme kehidupan tersebut (bahkan menikmatinya :D). Beruntung saya memiliki orang tua yang walaupun terbilang agak kolot namun sangat liberal dalam hal pendidikan (saya sangat berterima kasih akan hal itu)

Ada beberapa kesamaan antara saya dengan Kartini. Kami sama2 terlahir sebagai perempuan, sama2 diikat oleh tradisi Jawa & sama2 merasa bahwa dunia ini bersifat seksis (berjenis kelamin).

Saya mulai tertarik untuk merenungi ketidakadilan yg dialami perempuan semenjak saya berjibaku dengan ilmu bernama Sosiologi. Yah mungkin juga karena faktor 'pengalaman pribadi' yg berkolaborasi dengan ilmu sosiologi (khususnya sosiologi gender) akhirnya sense saya pun tercerahkan. Saya tidak pernah menyalahkan atau berniat untuk menggulingkan eksistensi laki2. Sama sekali TIDAK. Saya hanya kecewa dengan segala sesuatu baik hukum, kebijakan, peraturan, nilai & norma yang sangat bias gender. Konstruksi yang mengatakan bahwa perempuan adalah makhluk kelas 2 sangat berdampak pada kehidupan kaum perempuan dari dulu (jaman kegelapan) sampai sekarang (jaman reformasi modern). Anggapan 'perempuan racun dunia' dilegitimasi sedemikian rupa hingga memproduksi pengetahuan patriarki yang menghegemoni perempuan itu sendiri, hingga ketidakadilan gender pun dianggap sebagai sesuatu yang normal, yang alamiah.

Kekerasan terhadap perempuan -baik psikis maupun fisik- semakin merajalela dan bertransformasi menjadi bentuk yang sangat halus sekalipun. Dan lucunya (yang membuat saya tertawa terbahak-bahak) penyebab terjadinya violence against women (VAW) ditimpakan pada PEREMPUAN. Lucu kan? tidak hanya sebagai korban tapi juga penyebab sekaligus!. Banyak kasus VAW yg telah saya baca yang pada akhirnya justru mengirim si korban (perempuan) ke balik jeruji besi (Masya Allah), bahkan ketika kasus perkosaan yang amat sangat menyakitkan pun tetap dianggap sebagai 'hal yg tidak penting' karena itu terjadi akibat kelalaian perempuan!! lalu dimana keamanan untuk kami????

Tidak hanya sampai disitu, hak-hak kaum perempuan untuk mendapatkan akses ke berbagai bidang (seperti pendidikan, pekerjaan, dll) turut disunat sebagai bentuk kepatuhan pada laki-laki. Ketika banyak perempuan yang semakin tercerahkan membentuk kelompok dan menyusun ilmu yang bertujuan untuk meminta kesetaraan hak dgn laki-laki (lazim disebut sebagai feminis) semua itu pada akhirnya pun hanya menjadi 'bumerang' bagi diri kami sendiri. Kami dianggap subyektif, pembangkang, tidak rasional bahkan ada juga yg mengatakan kami sebagai pendosa karena berusaha merubah kodrat. Perlu saya tegaskan bahwa ketidakadilan yang terjadi pada perempuan bukanlah kodrat melainkan konstruksi masyarakat. Kodrat perempuan adalah menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.

Kami dituntut utk dapat memaklumi segala ketidakadilan tersebut sebagai rahmat yg akan berhadiah surga nantinya. Pertanyaan saya: apakah Quran mengajarkan untuk menyiksa perempuan? TIDAK. Saya sangat meyakini bahwa Tuhan menganggap semua makhluk sama derajatnya (yg membedakan hanyalah amal perbuatan), tidak ada satu agama pun yg mengajarkan ketidakadilan terhadap perempuan.

Hahahaha..Inilah hebatnya manusia, semua bisa dimanipulasi bahkan Firman Tuhan pun dapat diputarbalikkan.

Entah kapan datangnya jaman dimana ketidakadilan (baik gender, kesejahteraan) dalam hidup manusia ditiadakan..Wallahualam

Minggu, 18 September 2011

Perempuan, Transportasi Umum dan Kejahatan


Tindak kriminal kembali terjadi dan yang menjadi korban adalah perempuan, kali ini yang marak menjadi sorotan adalah tindak perkosaan yang terjadi di dalam angkutan umum (baca: angkot). Peristiwa seperti ini sebenarnya bukanlah yang pertama kali terjadi, namun baru-baru ini tepatnya pada awal bulan September mulai kembali muncul di permukaan dan semakin lama semakin sering terjadi. Dalam bulan ini tercatat sudah 2 kasus perkosaan di dalam angkutan umum, yang pertama menimpa seorang mahasiswi salah satu PTS ternama kemudian disusul oleh seorang karyawati. Malang bagi mahasiswi tsb karena tidak hanya menjadi korban perkosaan namun juga pembunuhan (ia tewas dibekap setelah diperkosa secara bergilir oleh 4 orang pria yang ditengarai sebagai ‘supir tembak’).

Peristiwa ini tentunya sangat merisaukan masyarakat khususnya kaum perempuan, tidak terkecuali saya sebagai perempuan dan pengguna jasa transportasi umum. Transportasi umum tidak lagi bersahabat bagi perempuan karena perempuan merupakan korban paling menjanjikan bagi para pelaku kejahatan. Konstruksi masyarakat mengenai perempuan sebagai makhuk yang lemah rupanya dimanfaatkan betul oleh oknum tak bertanggung jawab utk mengambil keuntungan. Tidak hanya menjadi korban kekerasan fisik namun juga terkadang menjadi korban kekerasan psikis, trauma yang ditimbulkan pasca perkosaan pastinya menimbulkan luka yg teramat dalam bagi korban perempuan.

Saya agak kecewa dengan pendapat yang dikemukakan oleh ‘pemerintah’ DKI Jakarta yang justru menyalahkan perempuan atas kejadian ini. Seperti yang saya kutip berdasarkan pernyataan beliau pada tanggal 16 September 2011 di Balaikota, beliau mengatakan bahwa perempuan harusnya berhati-hati dalam berpakaian dan berias diri. Secara terang-terangan beliau mengatakan bahwa seharusnya perempuan tidak menggunakan rok mini/celana pendek ketat jika naik angkutan umum karena itu bisa memancing para hidung belang utk melakukan tindak perkosaan. Memang tidak ada yang salah dengan pernyataan itu, namun apakah hanya faktor pakaian/riasan kah yang menjadi latar belakang terjadinya perkosaan? Buktinya kedua korban perkosaan di angkutan umum yang baru-baru ini terjadi sama sekali tidak mengenakan pakaian seksi/seronok bahkan riasan tebal. Lalu apa yang terjadi?

Solusi yang biasanya diterapkan jika ada kejadian ini pun tidak jauh dari himbauan kepada perempuan untuk menjaga dirinya sendiri dengan tidak memancing birahi kaum pria, apakah ini adil? Mengapa hanya perempuan yang disalahkan dan diharuskan untuk menjaga tindak tanduknya? Mengapa laki-laki tidak? Apakah laki-laki yang mengumbar nafsu birahinya kepada perempuan itu tidak melakukan kesalahan? Mengapa pihak laki-laki tidak juga dianjurkan untuk menjaga prilaku dan nafsu mereka? Hal-hal ini yang menjadi pertanyaan saya ketika menganalisis kasus-kasus perkosaan.

Seperti kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi sebelumnya, yang dipersalahkan pasti pihak perempuannya. Yang tidak bisa menjaga dirilah, yang pulang terlalu malamlah, yang memakai baju seksi lah, dll. Perempuan tidak hanya menjadi korban melainkan juga sebagai penyebab terjadinya peristiwa perkosaan yang menimpanya. Kalau menurut hipotesa saya (saya juga belum meneliti terlalu jauh penyebab kasus ini terjadi) penyebab terjadinya tindak perkosaan yang semakin marak terjadi akhir-akhir ini adalah dikarenakan melemahnya fungsi pranata sosial dalam masyarakat. Bahkan masyarakat pun yang seharusnya bias menjadi ‘agen’ pengendalian perilaku pun mulai acuh tak acuh terhadap sesama, faktor westernisasi jg tidak luput menjadi penyebab terjadinya tindak perkosaan. Jadi pada dasarnya ada banyak penyebab terjadinya tindak asusila ini, bukan hanya berasal dari pakaian ataupun riasan si perempuan saja. Bahkan bukan hal yang mustahil jika para perempuan yang menggunakan berjilbab bahkan bercadar sekalipun menjadi korban perkosaan (na’udzubillahi mindzalik) karena saat ini banyak para oknum pria yang tidak bertanggung jawab mulai kehilangan moralnya sehingga secara random dan tanpa pandang bulu mengintai ‘mangsanya’ untuk memuaskan nafsu duniawi.

Semoga ada tindakan tegas yang tidak bias gender untuk mengatasi persoalan ini karena tidak dapat saya pungkiri kasus-kasus tersebut menimbulkan kekhawatiran yang amat sangat bagi kaum perempuan untuk melakukan aktivitas di luar rumah.

Rabu, 07 September 2011

Back to Nature: Ragunan


Wuiihhhh...rasa pegal+linu di kaki gara2 acara jalan2 kemarin masih terasa, tapi walopun pegal hati gw bahagia mengingat unforgettable moment kemarin huehehehehe

Yupz, kemarin gw memutuskan utk ikut jalan2 bareng 2 sobat gw sejak kuliah dulu (dwi+uni)..sebenarnya sih acara kemarin lebih kepada bantuin temen gw yg merupakan guru SD untuk 'jagain' murid2nya study tour ke Ragunan hahahahaha. Acara kemarin menjadi acara yg tidak akan terlupakan karna ini pertama kalinya gw ngedampingin anak SD study tour+pertama kalinya pula gw ke Ragunan ckckckckck *padahal gw tinggal di Jakarta tp gw ga pernah menginjakkan kaki ke ragunan selama ini huahahahahaha :D..Klo urusan dampingin murid study tour sih sebenernya gw udah pernah ngalamin lg jamannya ngedampingin murid2 gw, tp masalahnya murid2 gw itu siswa SMA jadi bisa dikatakan ga terlalu susah jagainnya karna mereka terbilang cukup dewasa (walopun gw ttp ekstra ketat ngawasinnya supaya ga kebablasan 'bergaul' diantara mereka)

2hari sebelumnya gw sempet jalan ma sobat gw (dwi) dan tiba2 aj dy minta gw utk ikut serta ngedampingin murid2nya study tour ke Ragunan, awalnya gw ragu karna tanggung jawabnya cukup besar (ngawasin anak SD booo!!!!) salah2 bisa dituntut gw ma ortunya (ortu murid jaman sekarang tu lebih kejam daripada ibu mertua hahahahaha *lebay :D)..Tapi setelah gw pikir2 akhirnya gw putuskan utk ikut (itung2 jalan2 gratis ke ragunan+bantuin temen hehehehe)..Awalnya gw cukup canggung ketika pertama kali ketemu sama mereka tp lama kelamaan hubungan kami mulai cair, bahkan ketika gw ketinggalan bus gara2 sibuk nyari kamera, para murid cukup merasa kehilangan sosok gw huehehehe *PD abis gw xixixixi...

Di ragunan, kami (gw jd guru cabutan hahaha) asik melihat sekumpulan satwa2 liar yg saat ini berstatus langka/rentan sekaligus memperkenalkan mereka pada hewan2 asli daratan Indonesia bagian Barat-Tengah-Timur (di pelajaran IPS SD ada materi ttg penyebaran hewan di Indonesia). Gw akui klo metode ini jauh lebih efektif ketimbang hanya menjelaskan materi di dalam kelas. Murid2 bisa langsung merespon & antusias dgn penjelasan yg gw berikan (ada sensasi yg berbeda ketika gw ngajar mereka karna gw biasanya menghadapi anak SMA/mahasiswa). Tapi memang benar yaa anggapan yg mengatakan bahwa anak kecil tu lebih kritis ketimbang orang dewasa, buktinya -ada kejadian lucu- ketika kami berada di museum primata,tepat di kandang Gorila ada tulisan "mohon jangan mengganggu gorila yg sedang sensitif!!" lalu seorang murid (namanya Teddy, ni anak paling 'bandel' tp lucu & pinter trs punya hobi nyanyi dangdut pula hahaha) yg ngajuin pertanyaan gini "Bu, artinya sensitif apa sih? kok kita ga boleh ganggu gorila sensitif?" trs temen gw jawab "sensitif itu artinya lagi galak nak" dan kemudian Teddy bergumam "ooo..bearti gigi sensitif tuh giginya lg galak", spontan aja gw ketawa ngakak pas denger pernyataan tu anak wkwkwkwkwkwkwwkwk (sampai sekarang gw masih suka ketawa geli klo inget pernyataan si Teddy)

Jagain anak-anak juga ternyata membutuhkan tenaga ekstra, padahal mereka sering ngeluh capek tp tetep aja lincahnya ga ketulungan..gw jd ngebayangin klo gw punya anak gmn yaa? padahal umur gw baru 24th tapi gw udah ngos-ngosan ngejar2 mereka -_-"..ada yg lari2an, ada yg sibuk menjelajah bahkan ada yg manjat pohon gara2 mw ngikutin tingkah pola hewan primata ampuuuunnnn deh T_T..belum lagi sempat terjadi konflik kecil diantara mereka akibat penentuan kandang hewan apalagi yg akan dikunjungi, ada yg mw ke jerapah, ada yg minta ke kuda nil, ada yg teriak2 mw liat gajah akhirnya gw ajak aja mereka ke kandang singa Afrika huahahahahaha

Tapi namanya anak kecil, jauh2 ke ragunan tetep aja yg diincar mereka adalah mainan yg banyak dijual disana..udah gitu tingkahnya sok tua bgt lagi pake acara nawar menawar wkwkwwkwk, lucu bgt ngeliatin tingkah mereka :D. Apalagi pas qt ngelewati Pondok Hantu yg ada di areal Ragunan, di depan bangunan itu ada sosok 'hantu' yg sengaja dipajang oleh pihak penyelenggara utk acara foto2 dgn wisatawan..terus ada murid yg nanya ke gw dgn pertanyaan anehnya "bu, klo diliat dari ciri2nya hantu itu termasuk jenis apa?" sumpah gw bingung jawabnya karna selain gw ga tw jenis2 per-hantuan, gw jg masih bersikukuh klo hantu itu bukan seperti buah2an yg memiliki ordo tertentu sehingga bisa diklasifikasikan dalam keluarga tertentu maupun jenis tertentu hahahaha *maklum dulu waktu sekolah ga dapet mata pelajaran 'dunia perhantuan' :D

Ga terasa jam udah menunjukkan pukul 16.00, waktu study tour udah melampaui batas perjanjian dgn ortu murid makanya kami putuskan utk segera pulang walopun ada beberapa anak yg masih merengek karna belum sempat ngunjungin kandang jerapah (curiga gw ma ni anak, ada apakah diantara anak tsb dgn jerapah?? xixixixi). Akibat macetnya lalu lintas kota Jakarta menyebabkan kami tiba di sekolahan pukul 18.30 dan gw baru nyampe rumah sekitar pukul 20.10 weleh weleh. Pas bangun pagi gw ngerasa badan gw kayak dipelintir, sakit bgt huhuhuhu tapi klo inget cerianya anak2 itu hati gw jadi menghangat kembali & tanpa sadar senyum pun tersungging dari bibir gw :)

Hmmmm..semoga ada kesempatan lagi utk ngedampingin mereka study tour (walopun sport jantung selama perjalanan hahaha) :D:D:D

Selasa, 06 September 2011

About My Comics

Entah kenapa kali ini muncul keinginan dalam diri gw utk menceritakan tentang salah satu koleksi gw (ga penting sih hahaha), yaitu komik. Komik secara harafiah merupakan suatu bentuk seni yang menggunakan gambar2 tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Menurut gw, komik adalah suatu gambaran kenyataan kehidupan sehari2 yang dituangkan dalam bentuk kartun. Buat gw yang sangat menyukai segala sesuatu yang real, komik bisa dikatakan sebagai suatu hal yang menarik dan dapat dijadikan referensi dalam hidup gw..

Memang agak berlebihan jika gw berargumen seperti itu ttg komik tapi itulah yg ada di benak gw..Walaupun memang banyak jenis komik yg bersifat khayalan atau fiksi tapi ttp ada pesan moral yg bisa dipetik bagi org2 pecinta 'gambar' seperti gw hehhehehe. Yah klo diliat secara psikologis sih wajar banyak org menyukai komik karna manusia lebih cepat menyerap gambar ketimbang tulisan, dan gw merupakan salah satu orang yg sangat amat mencintai gambar hahahaha (ga bosen bacanya)..

Gw mulai mengoleksi komik sejak duduk di bangku SD. Gw lebih cenderung menyukai manga (komik asal Jepang) ketimbang manhwa (komik asal korea) ataupun komik2 dr negara lain karna menurut gw manga lebih natural+betul2 menggambarkan kehidupan nyata manusia yg mungkin didramatisir. Ketika gw baca manga seolah2 gw seperti baca sebuah buku diary yg gw pun juga mengalami hal itu dalam hal pergaulan, menggapai cita2 bahkan jatuh cinta. Komik pertama yg gw beli adalah seri Sailormoon yang menceritakan ttg sekelompok gadis remaja yg bisa berubah mennjadi prajurit bulan utk melawan kejahatan (lucu yaa..ternyata bulan jg punya prajurit huahahahaha). Komik berikutnya dan yang paling gw suka adalah Isyarat Mieko terbitan Kodansha tahun 1993, komik ini menceritakan ttg kehidupan seorang tuna rungu yang menikah dan bekerja dengan orang normal (tidak memiliki kekurangan fisik). Komik ini menarik karna menceritakan ttg lika-liku seseorang yang memiliki kekurangan fisik dalam hal pendengaran ketika berinteraksi dgn suami, anak ataupun org sekitarnya. Yang membuat gw suka ma komik ini adalah karna tokoh utamanya (seorang tuna rungu) diceritakan sebagai orang yang pantang menyerah akan keadaan dan terus berusaha menggapai cita2'a, si pengarang tidak mendramatisasi jalan cerita jadi betul2 real seperti diary seorang tuna rungu..komik ini memiliki 10 seri tp sayang gw hanya berhasil memiliki seri 2-10 (ga dapet yg seri 1 huhuhuhuhuhuhu)
Ada lagi kisah ttg kehidupan remaja SMP, judulnya The Aqua Age. Gw beli komik ini ketika gw duduk di bangku SMP dan jujur gw banyak belajar dari komik ini. The Aqua Age menceritakan ttg lika-liku kehidupan seorang murid SMP yang mulai mengalami pubertas, menstruasi, konflik baik dgn teman maupun ortu, dll. Benar2 natural seperti kehidupan kita sehari-hari!!! :D

Dan banyak lagi komik2 bagus yg ga mungkin gw ceritakan mengingat jumlah koleksi komik gw mencapai angka ratusan hahaha. Biasanya nyokap gw selalu menggunakan komik2 gw ini sebagai 'ancaman' kalo gw lg ga nurut dan itu slalu ampuh xixixixixixi, nyokap biasanya slalu ngancem akan ngebuang atau ngebakar komik2 gw huweeeeeee *untung gw sekarang udah masuk fase aman karna dianggap udah dewasa jadi koleksi buku+komik gw aman dr ancaman pembuangan/pembakaran hahahaha :D

Yahhhh..beginilah aktivitas gw sehari2 klo lg penat/santai (baca komik/buku) walopun sekarang2 ini gw udah jarang beli komik mengingat kualitas dan harga komik yg udah ga masuk di akal bwt gw hehehe..bayangin aja sekarang harga komik udah m'capai Rp 16.500!!! sayang bgt!!!! mendingan gw beli buku2 sosiologi hahaha...berhubung gw punya komunitas pecinta komik jadi ga perlu beli cukup pinjem aja (hemat tp ttp bs nyalurin hobi wkwkwkwwkwkwk)

oke deh, cukup sekian cerita gw kali ini :D:D:D

Sabtu, 03 September 2011

Happy Holiday part 4: Pontianak (again)



Hahahahaha..dari judulnya udah bisa ditebak klo kali ini (lagi2) gw liburan ke Pontiianak, Kalimantan Barat. Sebenarnya bukan sesuatu yg aneh klo gw memilih Pontianak sebagai lokasi untuk menghabiskan masa liburan karna 'mbah' (sebutan untuk kakek-nenek) + keluarga besar bokap memang tinggal disana :D...

Sepertinya gw akan sering pulkam -pulang kampung- ke daerah yg dilewati garis khatulistiwa ini berhubung kakek-nenek dari pihak ibu yg tinggal di Surabaya udah meninggal setaun yg lalu. Maka Lebaran kali ini kami memutuskan (secara mendadak) untuk silaturahmi ke keluarga bokap. Kenapa gw bilang 'mendadak'? hal ini dikarenakan kami memang tidak merencanakan ber-lebaran di Pontianak pada awalnya hohohoho..Karena abang gw yg tugas di Jember akan ber-lebaran di Jakarta maka kami (gw, ade gw+ortu) membuat rencana untuk menghabiskan liburan ini di rumah aja, kalo pun mw jalan2 paling2 ke Lembang..rencana tinggallah rencana karna setelah sholat Ied dan silaturahmi ke tetangga2, ortu gw iseng telpon ke agen travel langganan menanyakan perihal ketersediaan tiket ke Pontianak yg berangkat pada tgl 31 Agustus 2011, dan gayung pun bersambut (mungkin memang udah rencana Tuhan kami harus pulkam heehehe) karena ternyata ada jadwal keberangkatan Jakarta-Pontianak pada hari itu dan yg lebih hebat lagi harga tiketnya pun turun drastis!!! hohohoho..tanpa pikir panjang langsung aja kami pesan tiket tersebut, silaturahmi sekalian mengenalkan kakak ipar gw ke keluarga besar bokap di Pontianak :D:D:D

Kami memesan jadwal keberangkatan pada pukul 14.40 WIB dan itu artinya kami hanya punya waktu 2 jam untuk berkemas (bokap tlp agen travel pukul 09.00 WIB) karena pukul 11.00 kami udah harus berangkat ke bandara (begitulah tipikal ortu gw, senang dgn segala sesuatu yg bersifat 'dadakan' ckckckck). Keadaan di rumah jd ga karuan, abang gw+istrinya langsung pulang ke rumah mereka utk siap2, bokap+ade gw langsung cabut ke agen travel tsb guna 'menebus' tiket, gw+nyokap sibuk beres2 rumah-nyiapin baju2-bagiin makanan ke tetangga (karna awalnya ga ada rencana liburan ke luar kota jd nyokap bikin ketupat, opor, sambel goreng kentang dan sambal dalam porsi besar)=> gini nih klo bepergian tanpa rencana yg matang heuuhhhh -_-"

Tepat pukul 13.35 WIB kami sampai bandara, ternyata bepergian tepat di hari Lebaran itu menyenangkan yaa, sepiiiiiiiiii hahahaha ;D. Pukul 15.40 WIB kami sampai di Pontianak...dan sesampainya di rumah mbah, acara sungkeman pun dimulai

Tapi jujur, acara liburan di Pontianak kali ini kurang berkesan bagi gw..kenapa? karna warung2 makanan tutup semua huhuhuhu. Tadinya gw kira karna hampir 60-70% penduduk Pontianak adalah warga Tionghoa jadi toko2 makanan ga ada yg tutup namun ternyata perkiraan gw meleset 360' (halah..apa coba). Cuma beberapa kuliner aja yg bisa gw cicipi huweeeeee T_T)

Yah..setidaknya liburan gw ke Pontianak kali ini membawa kebahagiaan tersendiri. Selain bisa berkumpul bersama mbah kakung dan mbah putri, tante2 gw yg super sibuk klo di hari kerja pun bisa berkumpul pada hari itu hehehe..dan lagi gw punya sepupu baru (istri om gw baru ngelahirin), bayi perempuan yg amat sangat lucu hohohoho...
*kuliner gagal didapat, bayi pun siap 'disantap' huahahahahahaKerjaan gw, ade+kakak ipar gw disana adalah godain aura (sepupu baru gw) sampai nangis hahahaha..tapi tu bayi hebatnya jarang banget nangis, justru klo kami tinggal malah nangis..kata tante gw sih aura mang suka digodain dan jadi pusat perhatian (wah..roman-romannya ada bakat jadi artis nih dy hahahaha). Selain itu gw jg dapet beberapa buku referensi kuliah dari koleksi buku almarhum om gw..pas gw iseng liat2 koleksi bukunya beliau ternyata ada buku2 berbau Sosiologi di sana jd gw minta ijin tante gw untuk 'ngejarah' tu buku hehehe

Sayangnya liburan di Pontianak kali ini berjalan singkat karna abang gw ada acara lain sehingga kami hanya punya waktu 2 hari aja di sana huhuhu (masih belum puas godain aura + ngejarah buku2 om gw hiks..hiks). Mudah2an gw bisa kembali bersilaturahmi ke Pontianak jika ada kesempatan :D

*maaf yaa karna postingan gw kali ini sangat amat tidak bermutu hahahaha ;p

by the way gw mw ngucapin Happy Ied Mubarak 1432 H, Minal Aidin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin yaa :D:D:D