Rabu, 27 Oktober 2010

Selamat Jalan Mbah Maridjan.....


Innalillahi wa innailaihi raji'un...telah berpulang ke Rahmatullah sosok kharismatik penjaga Gunung Merapi atau yang lebih qt kenal dengan sebutan kuncen: Mbah Maridjan. Mbah Maridjan d'temukan tewas dalam keadaan sujud d'rumahnya ketika bencana erupsi gunung merapi terjadi.

Mbah Maridjan yang bernama asli: Mas Penewu Suraksohargo; lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada tahun 1927) adalah seorang juru kunci gunung Merapi. Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Ia mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Jabatan sebagai juru kunci lalu ia sandang sejak tahun 1982.

Masih segar dalam ingatan, ketika gunung merapi d'prediksi akan meletus di tahun 2006...ketika itu banyak pihak (termasuk Sultan HB X) turun tangan untuk m'evakuasi Mbah Maridjan ini tapi apa jawaban beliau?? "lebih baik saya ditembak mati daripada harus meninggalkan tugas saya sebagai kuncen!"

Jawaban yang tegas & mengandung nilai pengabdian & dedikasi yg tinggi terhadap profesi, kematian beliau t'bilang cukup m'harukan karena secara tidak langsung Mbah Maridjan seolah melakukan tindakan bunuh diri. Jadi inget bukunya Emile Durkheim yg b'judul Suicide yang m'jelaskan tentang tipe2 tindakan bunuh diri & faktor penyebab'a yg saat itu marak terjadi d'Perancis. Tipe "pengorbanan diri" yg dilakukan oleh Mbah Marijan termasuk dalam tipe altruistic suicide dimana bunuh diri ini disebabkan karena integrasi sosial yg terlalu kokoh, tipe bunuh diri altrustik ini terbagi lagi menjadi 3 sub-tipe, yaitu:
  1. Obligatory altruistic suicide: bunuh diri yg dilakukan seseorang bukan karena hal ini merupakan haknya, tetapi karena kewajiban'a.
  2. Optional altruistic suicide: bunuh diri yg dilakukan bukan atas dasar kewajiban yg d'tetapkan secara eksplisit oleh masyarakat tetapi atas dukungan masyarakat.
  3. Acute atruistic suicide: bunuh diri dimana si pelaku membunuh diri'a murni karena kepuasan semata utk mengorbankan diri.
Menurut analisa saya, kasus yang menimpa Mbah Marijan ini tergolong dalam sub tipe yang ke-2, yaitu optional atruistic suicide dimana tidak ada peraturan yang mewajibkan Mbah Marijan utk melakukan tindakan suicide tersebut namun karena dedikasi beliau yg begitu besar terhadap tugas menyebabkan beliau secara sukarela mengorbankan diri'a utk mengemban tugas'a sampai akhir hayat. Durkheim berasumsi bahwa tingkat bunuh diri dapat dikategorikan berdasarkan lama waktu kedinasan, kepangkatan dan kesukarelaan memasuki dunia "profesi". Durkheim m'jelaskan bahwa semakin lama masa "dinas" seseorang maka semakin tinggi p'hayatannya tentang moral dunia "profesinya" dan semakin terserap pula mereka ke dalam profesi'a, hal ini m'buat kerelaan utk mengorbankan diri menjadi lebih besar.

Inilah yang terjadi pada diri seorang kakek bernama Mbah Maridjan, karena kecintaan beliau terhadap gunung merapi & p'hormatan beliau terhadap Sultan HB IX yang telah m'percayakan "tugas penjagaan" kepada beliau membuat Mbah Maridjan rela mengorbankan diri'a demi menjaga gunung merapi. Nilai inilah yang harus qt petik dan contoh sbg generasi muda dalam kehidupan, bukan maksud'a utk menyarankan melakukan tindakan bunuh diri tapi nilai tanggung jawab & loyalitas pada pekerjaan yg harus qt tiru.....

@least saya cuma bisa bilang: saluuuuuttttttttttt untuk Mbah Maridjan :D

0 komentar:

Posting Komentar