Kamis, 25 Maret 2010

Fenomena Anak Jalanan Ibukota



"jreng..jreng..kami anak jalanan hanya minta uang perak sekedarnya dari bapak ibu buat makan, ikhlas dari anda rejeki bagi kami"

realita sosial seperti inilah yang sering qt jumpai ketika kita menyusuri jalanan d'ibukota Indonesia t'cinta..memang bukan hal yg patut untuk kita banggakan (justru lebih t'kesan m'prihatinkan) bahkan mungkin banyak d'antara kita yg menganggap hal tsb sbg suatu perusak kenyamanan, bayangkan! sedang asik2'a tidur atau mengkhayal d'angkutan perkotaan yg kita tumpangi tiba2 t'dengar suara bising meminta belas kasihan untuk m'dapatkan uang receh yg mungkin nominal'a sering kita anggap remeh..namun apabila banyak p'masalahan yg sedang menimpa kita: d'marahin bos, kerjaan kantor belum beres, da masalah dgn pasangan, belum gajian, uang d'dompet tinggal selembar, dll..belum lagi masalah kemacetan yg bukan hal aneh lagi d'jakarta pastilah akan menambah rasa jengkel dlm diri kita sehingga uang 500,- yg sering kita sepelekan bukan tak mungkin akan menjadi benda b'harga yg enggan kita bagi dgn siapa pun (bahkan buat anak jalanan sekali pun)

Ditengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu children on the street dan children of the street. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu children in the street atau sering disebut juga children from families of the street.

Pengertian untuk children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.

Children in the street atau children from the families of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

Menurut departemen sosial, seseorang akan dikatakan anak jalanan bila:

1. berumur di bawah 18 tahun

2. berada di jalan lebih dari 6 jam sehari, 6 hari seminggu

Mengapa mereka tetap menjadi anak jalanan?
Banyak penampungan, rumah singgah dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang mengurus masalah anak jalanan, tapi anak-anak jalanan makin banyak dan malah berkembang semakin pesat. Yang sudah di sekolahkan malah keluar dari sekolahnya serta kembali menjadi pengamen dan peminta-minta. Menurut teori reinforcement: "sesuatu yang menyenangkan akan selalu diulang, sesuatu yang tidak menyenangkan akan dihindari". Mereka menganggap sekolah adalah sesuatu yang tidak menyenangkan (punishment) dan dengan mengamen / meminta-minta di jalan adalah sesuatu yang menyenangkan (reward) karena akan mendapatkan banyak uang untuk bersenang-senang. Apalagi sekarang ini menjadi anak jalanan adalah sesuatu yang "TOP", mereka diundang dan dapat bersalaman dengan presiden pada hari kemerdekaan / hari anak-anak / hari khusus lainnya, itu adalah sesuatu reinforcement yang hebat.

Bagaimanakah anak-anak jalanan itu menurut teori psikoanalisis?
Menurut teori Sigmund Freud, manusia memiliki Id, Ego dan Superego. Id adalah keinginan / hasrat badaniah manusia, misalnya ingin makan, ingin minum, hasrat sex, dll. Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada diluar dirinya, mengatur kepribadian, tempat kedudukan intelegensi dan rasionalitas. Superego merupakan kode moral seseorang, yang memberikan larangan-larangan bila dianggap tidak benar. Manusia dianggap ideal bila memiliki Id, Ego dan Superego yang sama besar, yang seimbang. Anak-anak jalanan memiliki Id yang lebih besar dari pada Superego. Ini terbentuk karena tidak adanya didikan, sopan santun dan tata krama dari orang tua. Seorang anak akan dimarahi dan diperingati oleh orang tua mereka bila makan sambil jalan sehingga superego mereka akan terbentuk (bahwa makan sambil jalan itu adalah sesuatu yang tidak benar) tetapi seorang anak jalanan tidak pernah ada yang memperingati mereka bila mereka kencing sambil berjalan sekalipun.

yahhh...memang sih, ada pasal yg mengatakan bahwa fakir miskin & anak2 terlantar d'pelihara oleh negara. Namun, bukan berarti kita sebagai warga negara & makhluk sosial bisa lepas tangan dgn menyerahkan begitu saja kepada Pemerintah

salah satu modal sosial sebuah negara yg maju adalah masyarakat atw citizens negara yg b'sangkutan turut andil dalam pembangunan dan memberdayakan generasi muda..tapi itu semua adalah pilihan

:D:D:D:D:D:D:D:D

sumber: id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan
indonesia.heartnsouls.com/cerita/d/c369.shtml

0 komentar:

Posting Komentar