2 hari yang lalu (28/01) secara tdk sengaja gw terpaku pada satu acara talk show yang disiarkan di salah satu televesi swasta berjudul 'Apa dan Siapa'. Yang membuat gw terpaku adalah ketika si bintang tamu yang notabene adalah perempuan dengan gemulainya menarikan salah satu tarian yang gw identifikasikan sebagai tarian Jawa. Dalam tarian itu terlihat betapa luwesnya si wanita ini menarikan tarian Jawa yang terkenal akan tempo lambatnya (gw pernah les tari tradisional ketika kecil, dan menurut gw tarian Jawa merupakan tarian yang membutuhkan kesabaran karna tempo gerakannya lambat dan halus hehehe).
Ketika sedang menarikan tarian tersebut, terlihat betapa menikmatinya beliau ke dalam ritme salah satu budaya tradisional Indonesia ini. Yang paling membuat gw terkejut sekaligus terharu dan malu adalah ketika si bintang tamu ini memperkenalkan dirinya dengan nama JEANNIE PARK..Dari nama belakangnya udah bisa qt tebak bahwa beliau ini merupakan keturunan Korea dan memang benar, beliau adalah seorang korea selatan berkewarganegaraan USA.
Dalam talk show tersebut beliau mengatakan bahwa beliau sudah sangat tertarik dgn kebudayaan Indonesia -khususnya awa- sejak usia 10th. Beranjak dewasa, perasaan kagum itu semakin membuncah dan alasan ini pula yang melatarbelakangi keputusan besar dalam hidupnya, yaitu belajar tari Jawa langsung ke Yogyakarta dan meninggalkan profesinya sebagai seorang kurator pusat kebudayaan terkenal di LA (Amerika Serikat). Sejak tahun 2000 ia sudah menetap di Indonesia (sampai sekarang) dan akhirnya menikah dengan seorang pria Indonesia yg juga berprofesi sbg penari tarian Jawa klasik. Logat bicaranya pun sangat njawani lengkap dengan medok Jawanya hahaha..Ia pun akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang WNI karena didorong dgn kecintaannya yg besar terhadap tanah air kita ini.
Ada satu sesi dimana sag presenter menanyakan sattu pertanyaan krusial mengenai apa alasan mba Jeannie ini menyukai tarian Jawa, jawaban yang keluar dari mulut wanita ayu inipun sungguh sangat membuat gw tersindir dan malu sebagai seorang wanita keturunan Jawa. Ia menjawab "saya tidak hanya sekedar menyukai melainkan sudah sangat mencintai budaya ini (khususnya tarian klasik Jawa), saya pun heran kenapa banyak orang Indonesia yg justru acuh tak acuh terhadap tarian Jawa" dengan logat Jawa yg sangat kental. Lalu si presenter menambahkan "padahal saat ini Indonesia sedang dilanda Korean-Wave loh bu, mulai dari drama, musik sampai produk2 serba Korea sangat digandrungi oleh generasi muda Indonesia" dan jawaban mba Jeannie "hahahaha..iya ya, kalau saat ini anak-anak muda terkena Korean-Wave syndrome, saya justru terkena Javanese-wave syndrome hahahaha..entahlah yg pasti hal ini membuat saya bingung, saya saja yg bukan asli Indonesia sangat mencintai budaya Indonesia justru org asli Indonesia malah menyukai budaya luar".. Kisah mba Jeannie ini mirip kayak film yg dibintangi oleh Julia Robert yg berjudul Eat, Pray and Love (klo ga salah mba Julia Robert ini juga terpukau akan budaya Bali bahkan ia sampai berpindahh keyakinan menjadi penganut Hindu karna merasakan kedamaian ketika berada di Bali, Indonesia :D)
Kalimat-kalimat pendek yg keluar dari mulut seorang Jeannie Park langsung menohok hati gw, gw ga mau munafik karna sejujurnya gw pun termasuk salah seorang yg terkena Korean-wave syndrome walopun tdk separah abege kebanyakan. Gw yg berdarah asli Jawa justru ga fasih berbahasa Jawa sedangkan ia yg notabene adalah org asing justru sangat fasih berbahasa Jawa lengkap dengan 'medoknya' ckckckckcckckckck..jadi inget pernyataan seorang murid yg saat itu konsultasi ttg jurusan kuliah yg akan dia pilih, ketika gw sarankan utk masuk sastra jawa/sastra Indonesia UI (mengingat saat ini peluang kerja lulusan sastra jawa dan sastra Indonesia ini cukup menjajikan di luar negeri sekaligus sbg upaya pelestarian budaya asli Indonesia agar tidak punah) si murid justru menjawab gini "ah daripada saya jadi DALANG mendingan saya masuk sastra belanda atau rusia sekalian ka" (dua jurusan ini kurang begitu populer di FIB UI ketimbang sastra Jepang, Indonesia, Inggris, Perancis, Korea)..
*malu ga sih kita akan kejadian ini? di saat kita terpukau akan budaya asing, orang asing justru terpukau akan budaya khas kita..klo sudah begini siapa yg patut disalahkan apabila kebudayaan kita 'dicaplok' bangsa lain?????
Mari kita tingkatkan kecintaan kita terhadap budaya asli Indonesia (tp jgn sampai mengarah pada chauvinisme loh!!), hidup Indonesia!!!! \(^0^)/
*Klo mw tahu lebih lengkap profilnya mba Jeannie ini bs di search di mba google :D
Ketika sedang menarikan tarian tersebut, terlihat betapa menikmatinya beliau ke dalam ritme salah satu budaya tradisional Indonesia ini. Yang paling membuat gw terkejut sekaligus terharu dan malu adalah ketika si bintang tamu ini memperkenalkan dirinya dengan nama JEANNIE PARK..Dari nama belakangnya udah bisa qt tebak bahwa beliau ini merupakan keturunan Korea dan memang benar, beliau adalah seorang korea selatan berkewarganegaraan USA.
Dalam talk show tersebut beliau mengatakan bahwa beliau sudah sangat tertarik dgn kebudayaan Indonesia -khususnya awa- sejak usia 10th. Beranjak dewasa, perasaan kagum itu semakin membuncah dan alasan ini pula yang melatarbelakangi keputusan besar dalam hidupnya, yaitu belajar tari Jawa langsung ke Yogyakarta dan meninggalkan profesinya sebagai seorang kurator pusat kebudayaan terkenal di LA (Amerika Serikat). Sejak tahun 2000 ia sudah menetap di Indonesia (sampai sekarang) dan akhirnya menikah dengan seorang pria Indonesia yg juga berprofesi sbg penari tarian Jawa klasik. Logat bicaranya pun sangat njawani lengkap dengan medok Jawanya hahaha..Ia pun akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang WNI karena didorong dgn kecintaannya yg besar terhadap tanah air kita ini.
Ada satu sesi dimana sag presenter menanyakan sattu pertanyaan krusial mengenai apa alasan mba Jeannie ini menyukai tarian Jawa, jawaban yang keluar dari mulut wanita ayu inipun sungguh sangat membuat gw tersindir dan malu sebagai seorang wanita keturunan Jawa. Ia menjawab "saya tidak hanya sekedar menyukai melainkan sudah sangat mencintai budaya ini (khususnya tarian klasik Jawa), saya pun heran kenapa banyak orang Indonesia yg justru acuh tak acuh terhadap tarian Jawa" dengan logat Jawa yg sangat kental. Lalu si presenter menambahkan "padahal saat ini Indonesia sedang dilanda Korean-Wave loh bu, mulai dari drama, musik sampai produk2 serba Korea sangat digandrungi oleh generasi muda Indonesia" dan jawaban mba Jeannie "hahahaha..iya ya, kalau saat ini anak-anak muda terkena Korean-Wave syndrome, saya justru terkena Javanese-wave syndrome hahahaha..entahlah yg pasti hal ini membuat saya bingung, saya saja yg bukan asli Indonesia sangat mencintai budaya Indonesia justru org asli Indonesia malah menyukai budaya luar".. Kisah mba Jeannie ini mirip kayak film yg dibintangi oleh Julia Robert yg berjudul Eat, Pray and Love (klo ga salah mba Julia Robert ini juga terpukau akan budaya Bali bahkan ia sampai berpindahh keyakinan menjadi penganut Hindu karna merasakan kedamaian ketika berada di Bali, Indonesia :D)
Kalimat-kalimat pendek yg keluar dari mulut seorang Jeannie Park langsung menohok hati gw, gw ga mau munafik karna sejujurnya gw pun termasuk salah seorang yg terkena Korean-wave syndrome walopun tdk separah abege kebanyakan. Gw yg berdarah asli Jawa justru ga fasih berbahasa Jawa sedangkan ia yg notabene adalah org asing justru sangat fasih berbahasa Jawa lengkap dengan 'medoknya' ckckckckcckckckck..jadi inget pernyataan seorang murid yg saat itu konsultasi ttg jurusan kuliah yg akan dia pilih, ketika gw sarankan utk masuk sastra jawa/sastra Indonesia UI (mengingat saat ini peluang kerja lulusan sastra jawa dan sastra Indonesia ini cukup menjajikan di luar negeri sekaligus sbg upaya pelestarian budaya asli Indonesia agar tidak punah) si murid justru menjawab gini "ah daripada saya jadi DALANG mendingan saya masuk sastra belanda atau rusia sekalian ka" (dua jurusan ini kurang begitu populer di FIB UI ketimbang sastra Jepang, Indonesia, Inggris, Perancis, Korea)..
*malu ga sih kita akan kejadian ini? di saat kita terpukau akan budaya asing, orang asing justru terpukau akan budaya khas kita..klo sudah begini siapa yg patut disalahkan apabila kebudayaan kita 'dicaplok' bangsa lain?????
Mari kita tingkatkan kecintaan kita terhadap budaya asli Indonesia (tp jgn sampai mengarah pada chauvinisme loh!!), hidup Indonesia!!!! \(^0^)/
*Klo mw tahu lebih lengkap profilnya mba Jeannie ini bs di search di mba google :D
2 komentar:
menurut pendapat gw, budaya material ini dapat dipelajari langsung melalui ensiklopedia di perpustakaan, berkunjung ke TMII, mengikuti kursus tari, dsb tapi apakah itu cukup untuk mengenal budaya kita sendiri? padahal di satu sisi seperti yang dijelaskan pada tulisan di atas justru budaya asing lebih banyak mempengaruhi pola pikir dan cara kita bertindak di masyarakat akibat dari globalisasi dan kapitalisme. masih mungkinkah kita memiliki relativisme budaya sebagai alat filter untuk menyaring pengaruh budaya dari luar? atau apakah kita akan tergilas begitu saja sehingga kita ikhlas ketika budaya kita dicomot oleh negara-negera asing lainnya dan menjadi negara tanpa budaya?
menurut gw sih agak susah hans bagi masy Indonesia utk dapat memfilter bombardirisasi budaya asing yg masuk ke Indonesia..jgnkan memfilter, sekedar ingin tahu budaya sendiri aja anak jaman sekarang ga mau ko'. Sebagai cth: bbrpa minggu kemarin ada salah seorang mrid gw yg konsul ttg jurusan yg akan dy pilih saat lulus SMA nanti, dy tertarik dgn bidang sastra..langsung gw saranin 'ambil sastra Indonesia aja' trs dy jwb 'ah males ka, pasti ntar mempelajari puisi/pantun deh' trs gw saranin lagi 'masuk sastra Jawa aja, peluang kerjanya cukup menjanjikan loh apalagi di luar negeri' trs jawaban murid gw 'ogah ah ka, ntar saya jd dalang lagi'
dari percakapan itu aja kita bisa liat betapa minimnya rasa ingin tahu generasi muda Indonesia dalam mempelajari budaya lokal kan? jadi inget sama komentarnya Pak Robert di kompas dalam menanggapi pertanyaan wartawan ttg apakah mungkin suatu hari nanti akan ada fenomena Indonesian-wave di dunia? jwbn pak Robert 'saya rasa tidak mungkin selama masy Indonesia lebih senang menjiplak budaya luar (banyak girls/boysband Indonesia yg menjiplak girls/boysband korea, dll)'
tapi ga ada sesuatu yg ga mungkin di dunia ini (prinsip gw hehehe), gw yakin Indonesia bisa menciptakan fenomena Indonesian-wave (atw setidaknya tidak kehilangan identitas budaya lokal kita) asalkan kita sebagai generasi muda mau mengetahui+mempelajari+menyukai+mencintai+melestarikan budaya asli Indonesia..gw yakin, masih banyak generasi muda kita yg belum menyadari bahwa budaya lokal Indonesia merupakan aset budaya bangsa yg justru menjadi primadona di mata dunia :D
Posting Komentar